Kesaksian Kristen, Brryan Jackson yang disuntik HIV oleh ayah kandungnya sendiri

Kesaksian Kristen - Mungkin nama Brryan Jackson masih terdengar asing ditelinga kita. Brryan Jackson merupakan seorang pemuda yang hidup dengan virus HIV dalam tubuhnya. Virus HIV itu telah ada dalam tubuhnya sejak ia masih bayi karena ayah kanduknya sendiri tega menyuntikkan jarum suntik yang telah dilumuri darah penderita HIV. Brryan Jackson bersaksi bahwa ia sangat bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan masih memberinya kesempatan untuk menjalani hidup meskipun virus HIV masih ada dalam tubuhnya.

Pada saat ini usia Jackson menginjak 24 tahun yang berarti virus HIV telah ada dalam tubuhnya lebih dari 20 tahun. Untuk memaafkan mungkin Jackson masih sulit untuk melakukannya. Bahkan ia berharap ayahnya mendekam di balik jeruji besi selama mungkin. Kali pertama ia harus bertemu ayahnya kembali adalah ketika ia mengunjungi ayahnya di Pemasyarakatan Missouri, Amerika Serikat. Jackson menunggu di ruang tunggu tahanan dengan perasaan yang bercampur aduk. Tentunya ada sedikit amarah dalam hatinya.
Kesaksian Kristen
express.co.uk

Tujuan Jackson hari itu bukanlah untuk benar-benar mengunjungi ayahnya, Bryan Stewart. Namun ia datang kesana untuk membacakan sebuah pernyataan yang berisi harapan dan memastikan bahwa ayahnya akan tetap mendekam di balik jeruji besi seumur hidupnya. Jackson bahkan tidak ingin menatap ayahnya dan bahkan ia tidak mengenalinya lagi sebagai sosok seorang ayah. Namun, hal yang sangat dipercayai oleh Jackson sekarang adalah bahwa Tuhan selalu menyertai dirinya. Tuhan lebih besar dari segalanya sehingga ia memiliki keberanian untuk menapaki hidupnya dan pada saat itu bisa membacakan surat pernyataan di depan ayahnya dan di depan banyak orang.

Kisah ini berawal saat ayah dan ibu Jackson bertemu di sebuah fasilitas pelatihan militer di Missouri, di mana mereka berdua mengikuti pelatihan sebagai petugas medis. Pada pertengahan 1991, ibunya mengandung Jackson. Awalnya semua terlihat baik-baik saja dan ayahnya sangat bahagian dan menyambut kelahiran Jackson. Namun, semuanya berubah ketika ayahnya harus pergi ke operasi militer Desert Storm di Arab Saudi.

Sepulangnya dari Arab Saudi, sikap ayahnya sangat berbeda kepada Jackson bahkan ia menyangkal bahwa Jackson adalah putranya. Tidak sampai disana, ia bahkan meminta dilakukan tes DNA dan menyerang istrinya sendiri baik secara fisik maupun verbal.

Karena tidak tahan dengan perlakuan suaminya, ibu Jackson pun pergi meninggalkan suaminya. Meskipun telah berpisah, mereka terus bertengkar terlebih soal biaya tunjangan anak sebab Stewart menolak untuk memberikan nafkah. Selama perselisihan ini berlangsung, ayah Jackson selalu melontarkan ancaman yang menyeramkan dan sering mengatakan jika Jackson pasti tidak akan hidup samapi usia lebih dari lima tahun.

Stewart yang pada saat itu bekerja sebagai seorang penguji darah di laboratorium diam-diam mengambil sampel darah yang terinfeksi virus HIV dan menyimpannya di dalam rumah. Sebenarnya ketika usia Jackson 11 bulan, ia menyebutkan bahwa ayah dan ibunya tidak pernah saling berhubungan lagi. Namun, ketika Jackson terserang asma dan harus dirawat di rumah sakit, ibunya menelepon ayah Jackson untuk memberitahu kabar anaknya.

Tak diduga, Stewart datang ke rumah sakit untuk mengunjungi Jackson. Ia bahkan meminta ibunya untuk minum di kantin agar Stewart bisa berduaan bersama Jackson. Ketika isterinya pergi, justru hal tak terduga terjadi. Ia mengambil botol yang berisi darah orang terinfeksi HIV lalu menyuntikkannya ke tubuh Jackson. Karena darah itu tidak sesuai dengan darah Jackson, organ-organ penting yang ada dalam tubuh kecilnya langsung terserang hingga tidak berfungsi secara normal. Ia bercerita bahwa pada tahun 1992 dokter mendiagnosisnya terjangkis AIDS stadium akhir. Dalam keadaan sekarat dokter memulangkannya ke rumah karena dokter sudah tidak sanggup lagi untuk menangani Jackson.
Mengetahui di dalam tubuh anaknya terinfeksi virus HIV tentu ibu Jackson menjadi putus asa. Dari minggu ke minggu keadaan Jackson terus memburuk. Ibu Jackson berupaya untuk menyembuhkan dirinya dengan datang ke berbagai dokter bahkanmengikuti serangkaian tes. Namun hasilnya tetaplah nihil sebab virus itu tidak dapat dihilangkan dari tubuh Jackson.

Selain infeksi virus HIV, Jackson juga mengalami tiga  infeksi akut dalam tubuhnya. Para dokter bahkan mengatakan jika sudah tidak ada lagi harapan bagi kelangsungan hidup Jackson.
Meskipun demikian, para dokter yang merawat Jackson terus memberikan perawatan dan pengobatan meskipun dengan obat yang terbatas. Jackson mengatakan bahwa pada saat itu ia amat ketakutan. Ia tidak ingin mati. Ia juga berkata bahwa keadaannya dalam satu hari dapat berubah dengan cepat. Ketika pagi hari dia baik-baik saja, satu jam berikutnya ia bisa dilarikan ke rumah sakit karena infeksi lain. Ia bahkan harus menderita gangguan pendengaran sebagai efek samping dari obat-obatan yang dikonsumsinya.

Namun hal yang patut disyukurinya adalah ia mampu bertahan hidup bahkan keadaannya semakin membaik. Dokter pun mengijinkannya untuk bersekolah dan mulai belajar di kelas paruh waktu. Meskipun demikian, ia harus terus membawa obat-obatan dalam ranselnya. Obat-obatan tersebut harus selalu disuntikkan melalui pembuluh darah Jackson agar ia tetap bisa bertahan melawan virus yang ada dalam tubuhnya.

Dalam kehidupan sosialnya Jackson bercerita bahwa ia diasingkan. Teman-teman bahkan orang tua sekalipun takut untuk berteman dengan Jackson. Jackson bahkan selalu dibully dan diejek oleh teman-temannya. Bahkan Jackson merasa sudah tidak ada lagi banginya tempat di dunia ini.
Untuk membuat hidupnya lebih baik, pada usia 10 tahun Jackson mengatakan bahwa ia mulai mengumpulkan potongan-potongan kisah kejahatan ayahnya terhadap dirinya. Awalnya Jackson sangat marah dan bahkan benci kepada ayahnya. Namun, saat usinya 13 tahun, Jackson mulai mempelajari Alkitab sendiri di kamartidurnya dan akhirnya Ia menemukan keyakinan untuk memaafkan kejahatan ayahnya. Meskipun sampai saat ini ia belum bisa memaafkan ayahnya sepenuhnya namun kebencian dalam dirinya telah sedikit berkurang.

Jackson mengatakan bahwa pada saat ini jumlah sel T dalam tubuhnya telah di atas rata-rata yang berarti dirinya tidak memiliki peluang untuk menularkan virus. Setiap harinya ia harus terus mengkonsumsi 23 pil obat hingga sekarang status HIV nya menjadi tidak terdeteksi. Jackson sekarang bekerja sebagai motivator dan memiliki badan amal “Hope is Vital” yang mempromosikan pemahaman tentang HIV. Ia juga memiliki harapan besar dalam dirinya untuk menjadi seorang ayah dan membesarkan anak-anaknya dengan pandangan bahwa dunia adalah tempat yang damai. Ia juga ingin melindungi anak-anaknya baik suka maupun duka.

Dari kesaksian Jackson ini kita belajar bahwa Tuhan memiliki rancangan yang indah bagi anak-anakNya. Ketika semua orang memandang kita rendah bahkan mearagukan kita, justru Ia akan bertindak menuruh kasih dan kuasaNya. Tentu saja Jackson masih bisa hidup di dunia ini bukan karena kekuatannya atau kekuatan ibunya atau kekuatan para medis. Ia masih bisa ada di dunia ini karena penyertaan dan kasih Tuhan. Dalam setiap masalah yang dihadapi, Jackson tetap berdoa dan bersyukur pada Tuhan bahkan Ia mempelajari FirmanNya agar ia dapat mengerti maksud Tuhan dalam hidupnya. Hingga akhirnya Tuhan memulihkan Jackson.

Jika pada saat ini anda sedang menghadapi masalah, berdoa dan berserahlah pada Tuhan sebab Ia akan melakukan perbuatan yang hebat atas hidup anda baik hari ini bahkan selamanya. Kiranya kesaksian Jackson ini dapat memberkati dan memberikan kita kekuatan bahwa Tuhan memiliki kuasa dan rancangan indah bagi umat yang dikasihiNya. Tuhan Yesus memberkati.

Elia A
Hidupkasih.com

Belum ada Komentar untuk "Kesaksian Kristen, Brryan Jackson yang disuntik HIV oleh ayah kandungnya sendiri"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel