3 Renungan Harian yang Penuh makna Saat Teduh 2019
RENUNGAN HARIAN
Renungan 1
Be the True Light
Bacaan: Yohanes 1:1-18
“ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.”
Yohanes 1:7-9
Jadilah terang yang sesungguhnya. Apa yang ada di benak kita ketika mendengar sepenggal kalimat tersebut? Apakah sebuah matahari yang bersinar dengan terang pada siang hari, sebuah lampu dalam ruangan yang sedang dinyalakan atau sebuah lilin yang dinyalan ketika sedang gelap? Mari kita lihat ilustrasi berikut ini. Ketika kita menyalakan sebuah lilin dalam keadaan terang, apakah lilin itu memiliki manfaat bagi kita?
Tentu saja tidak, karena ada cahaya yang jauh lebih terang dibandingkan dengan nyala lilin yang kita nyalakan. Beda halnya ketika kita menyalakan sebuah lilin di tempat yang gelap. Ketika di tempat gelap, lilin itu tentu memiliki manfaat bagi kita yaitu untuk menerangi kita di tengah kegelapan. Lalu apakah hubungan ilustrasi tersebut dengan kita? Pada saat ini kita orang yang percaya kepadaNya seumpama sebuh lilin yang berada di tengah kegelapan yang harus menyinari sekitar kita dan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang berada di dalam kegelapan tersebut. Dalam Efesus 5:8-10 dikatakan demikian “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.” Karena kita merupakan anak-anak Allah yang pada saat ini hidup di dalamNya maka kita dikatakan sebagai anak-anak terang. Anak-anak terang merupakan anak-anak Allah yang hidup seturut dengan kehendakNya dan dapat menjadi sebuah kesaksian hidup bagi sesama kita. Kita seumpama domba yang berada di tengah kawanan serigala yang harus tetap mengabarkan kabar tentang kebaikan dan keselamatan yang daripadaNya.
Pada saat ini seringkali kita mendengar pemberitaan di media sosial maupun media elektronik tentang orang percaya yang hidup tidak seturut dengan kehendakNya dengan melakukan penipuan bahkan pembunuhan. Bahkan tak banyak juga di sekitar kita para pemuda maupun pemudi yang hidupnya berada dalam kegelapan dan tidak menjadi saksi Kristus. Para pemuda atau pemudi ini rajin melayani Tuhan di dalam Gereja atau sebuah persekutuan, namun hidupnya masih ada dalam kegelapan dengan mabuk-mabukan atau bahkan menggunakan obat terlarang serta pacaran tidak kudus di hadapannya. Apakah ini yang disebut sebagai anak-anak terang? Dalam 1 Yohanes 1:6 juga dikatakan seperti ini ”Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.” Ketika ada yang bertanya kepada kita seperti ini, kamu anak Allah, orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, apakah kamu adalah anak terang? Jika kita berkata “Iya saya adalah anak terang” namun kita sendiri tidak melihat bagaimana cara hidup kita yang masih belum benar di hadapanNya sama saja kita telah berdusta kepadaNya. Kita sudah dikatakan sebagai anak terang jika memang hidup kita sendiri sudah hidup menurut kehendakNya dengan tidak melakukan perbuatan yang tidak benar.
Hidup sebagai anak terang
Saat kita mengahadiri ibadah pasti seringkali kita mendengar khotbah mengenai “Jadilah terang dan garam dunia.” Seringkali ketika kita mendengar khotbah rasanya mudah sekali untuk menjadi terang, namun dalam prakteknya menjadi terang itu sangatlah sulit. Lalu bagaimana caranya agar kita hidup sebagai anak terang? Berikut akan dijelaskan cara hidup anak-anak terang.
1. Mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat
Hal pertama yang harus dilakukan sebagai anak terang yaitu dengan mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat terlebih dahulu. Ketika kita sudah mengenalnya, kita pasti akan segan untuk melakukan apa yang tidak dikehendakinya. Agar kita bisa mengenalnya yaitu dengan membentuk hubungan yang baik denganNya. Setiap hari kita bisa saat teduh dan membaca Firmannya. Firman Tuhan merupakan pedoman hidup bagi orang percaya. Semakin sering kita membaca Firmnannya, kita akan semakin tahu apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Mana yang baik dan mana yang tidak baik bagi kita.
2. Hidup seturut dengan kehendak Allah
Hidup seturut dengan kehendak Allah merupakan ciri hidup anak-anak terang. Dengan hidup seturut dengan kehendaknya berarti kita sudah tidak hidup di dalam kegelapan lagi. Kita tidak malu untuk menegur orang yang melakukan kesalahan, kita mau mengasihi dan mengampuni orang yang telah menyakiti hati kita bahkan kita tidak akan merendahkan orang lain.
3. Menjadi saksi yang hidup di tengah-tengah sesama
Menjadi saksi yang hidup di tengah-tengah sesama berarti kehidupan kita dan setiap tingkah laku kita seharusnya menjadi berkat. Ketika orang lain melihat tingkah laku kita yang baik, pastinya orang lain akan melihat hidup kita seperti terang yang berada di tengah kegelapan. Bahkan ketika melihat kehidupan kita, orang lain akan berubah menjadi lebih baik.
Menjadi terang di tengah kegelapan memang sulit, namun lebih sulit lagi jika kita hidup di dalam kegelapan dan tidak menjadi berkat bagi orang lain. Jika kita memang belum menjadi terang, marilah kita tinggalkan kegelapan itu dan mulai hidup seturut dengan kehendakNya. Ketika kita mulai hidup dalam terang pasti banyak godaan dan mungkin banyak teman-teman kita yang tidak suka bahkan menjauhkan dirinya dari kita. Namun, itu lebih baik bukan daripada kita harus kehilangan kasihNya dan terus menerus hidup dalam kegelapan. Ibrani 10:32-33 berkata demikian “Ingatlah akan masa lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat, baik waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian.” Jika kita sudah hidup di dalam terang, seringkalai banyak ujian yang harus kita lalui. Namun, kita harus tetap menjadi saksi bagiNya dan terus menjadi terang di tengah sesama kita melalui cara hidup dan tingkah laku kita. Kita harus menjadi terang yang sejati yang mampu menyinari langkah hidup orang-orang yang belum percaya dan mengenalNya. Janganlah takut untuk hidup di dalam terang, namun takutlah jika kita harus hidup di dalam gelap. Sebab, hidup di dalam gelap akan membuat kita tidak beroleh kasih dan kemuliaanNya. Tuhan Yesus memberkati.
Renungan 2
Give and Take
Bacaan: Kisah Para Rasul 20:28-36
“Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih bahagia memberi dari pada menerima.”
Kisah Para Rasul 20:35
Jika pada saat ini kita diberi dua pertanyaan seperti ini, mana yang lebih kamu pilih “memberi” atau “menerima”? Pasti banyak diantara kita yang berkata bahwa kita lebih senang memberi daripada menerima. Namun dalam kenyataannya, kita justru lebih sulit memberi daripada menerima. Ketika kita mau memberi terkadang rasanya sulit. Banyak alasan yang justru terkesan dibuat-buat jika harus memberi. Menerima sesuatu dari orang lain memang menggembirakan hati kita, namun ketika bisa memberi kepada orang yang membutuhkan rasa bahagia yang kita rasakan dalam hati kita justru akan berlipat ganda. Tuhan saja bilang kepada kita bahwa lebih bahagia memberi daripada menerima, lantas mengapa kita masih sulit untuk memberi?
Masih ingatkan kita bencana alam yang baru terjadi beberapa waktu ini. Bencana alam yang mengejutkan kita semua dan mungkin masih teringat di benak kita. Ya, bencana tsunami yang menimpa Palu, Donggala dan sekitarnya. Puluhan ribu manusia dinyatakan meninggal dunia. Banyak orang yang harus kehilangan keluarga, tempat tinggal serta mata pencaharian. Namun apa yang kita lakukan ketika kita mendengar berita tersebut? Sudahkah kita memberi berkat kepada mereka yang terkena bencana alam tersebut? Saat saya membuka sosial media tentang postingan bencana alam ini, banyak sekali komentar masyarakat mulai dari dukungan bahkan kata-kata yang tidak pantas. Beberapa netizen mengkritik jika masyarakat yang terkena musibah ini tidak berperilaku baik karena mencuri. Apakah kalian tahu mengapa mereka melakukan itu? Mereka melakukan itu untuk bertahan hidup demi sesuap nasi maupun seteguk air. Bantuan tidak dapat mereka terima karena akses jalan terputus. Mereka kedinginan, kelaparan dan kehausan. Mereka ketakutan dan terus dilanda kesedihan karena mereka juga harus kehilangan orang-orang yang mereka kasihi. Apakah kita sudah memberikan bantuan kepada mereka walaupun sedikit?
Terkadang manusia dapat lupa akan dirinya dan keberadaannya. Terkadang manusia lupa bahwa segala apa yang mereka miliki adalah pemberian Tuhan yang ketika kita meninggalkan dunia ini kita tidak akan membawa apa-apa. Yang kita bawa hanyalah pertanggung jawaban dari apa yang kita lakukan semaa hidup kita yaitu berupa perbuatan baik maupun perbuatan jahat. Jika kita masih sulit untuk memberi, ingatlah bahwa apa yang kita miliki merupakan milik Tuhan. Tuhan saja mau memberikan berkat kepada kita, masa kita yang sudah menerima berkatnya tidak mau ikut memberikan berkat kepada sesama yang memerlukan bantuan? Ketika kita ingin memberi, mulailah dari hal kecil. Seperti menolong teman kita yang memerlukan bantuan atau memberikan sedikit berkat kita kepada penegemis. Janganlah juga kita memberikan apa yang kita miliki kepada Tuhan dengan setengah hati dan dengan rasa paksaan. Sebab Tuhan tidak akan mau menerima apa yang kita berikan kepadaNya.
Memberi dan menerima adalah dua perbuatan yang berbeda. Ketika kita menerima pemberian orang lain rasa bahagia akan muncul dalam hati kita, namun hal yang lebih membahagiakan lagi adalah bisa memberi kepada sesama yang memerlukan bantuan dengan hati yang tulus dan ikhlas. Ketika kita mau memberi berarti kita telah menyadari bahwa apa yang kita miliki adalah milik Allah. Selain itu kita juga menyadari bahwa segala apa yang kita punya adalah pemberian dariNya bagi kita anak-anakNya. Oleh sebab itu, marilah kita mulai memberi jangan teru mau menerima bantuan saja. Ingatlah Tuhan akan selalu memberikan berkat bagi kita yang tidak ternilai harganya. Tuhan Yesus memberkati.
Renungan 3
Sebuah Tanggung Jawab
Bacaan: Yunus 1:1-17
“Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku.” Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN. Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur.”
Yunus 1:1-4
Setiap orang pasti memiliki tanggung jawab. Baik anak-anak maupun orang dewasa pasti memiliki dan bahkan diberikan tanggung jawab. Semakin kita dewasa, tanggung jawab yang kita miliki akan semakin besar dan lebih sulit dibandingkan anak kecil. Mungkin tanggung jawab seorang anak adalah belajar dengan sebaik-baiknya agar mendapatkan nilai yang baik. Namun ketika dewasa tanggung jawab itu menjadi lebih besar bisa berupa tanggung jawab dalam pekerjaan maupun tanggung jawab dalam keluarga. Apakah kita sudah mengerjakan tanggung jawab yang kita miliki dengan baik?
Sejak kita kecil kecil mungkin kita sering mendengar cerita Yunus. Yunus adalah orang yang dipilih Tuhan untuk mewartakan kabar keselamatanNya kepada Niniwe.Namun, Yunus mencoba lari dari tanggung jawab itu. Ia malah pergi dan bersembunyi ke Tarsis. Apakah Tuhan berkenan dengan sikap Yunus? Tentu saja tidak. Tuhan menegur Yunus dengan mendatangkan angin ribut dan sampai akhirnya Yunus berada di dalam perut ikan 3 hari 3 malam lamanya.
Mungkin diatara kita pernah mengalami hal yang sama seperti Yunus. Ketika kita memiliki tanggung jawab atau dipercayakan sebuah tanggung jawab, kita terkadang berusaha lari dari tanggung jawab itu dan menyuruh orang lain untuk menyelesaikannya. Perlu diingat, setiap orang memiliki tanggung jawabnya masing-masing dan itu harus diselesaikan hingga akhir. Ketika kita memiliki sebuah tanggung jawab dan ketika merasa tanggung jawab yang kita kerjakan itu sulit, mintalah bimbingan dan hikmat Tuhan agar kita bisa menyelesaikan tanggung jawab itu dengan baik sebab apapun yang kita lakukan di dalam namaNya tidak ada yang tidak mungkin.
Ketika kita memiliki sebuah tanggung jawab atau komitmen baik dalam sekolah, perkuliahan, pekerjaan maupun pelayanan, selesaikanlah tanggung jawab itu. Janganlah seperti Yunus yang mencoba lari dari tanggung jawab yang diberikan. Kita memang sebagai manusia seringkali berpikir bahwa tanggung jawab yang kita miliki terlalu berat dan kita tidak sanggung untuk menyelesaikannya. Terkadang kita menyesal mengapa kita harus mengambil tanggung jawab itu. Ketika kita memiliki tanggung jawab dalam pelayanan, terkadang kita lalai dan menomorduakan pelayanan yang seharusnya kita lakukan. Apakah Tuhan senang jika kita bersikap seperti itu? Tentu saja Tuhan tidak senang. Semua tanggung jawab itu sama tidak ada yang lebih besar dan tidak ada yang lebih kecil. Ketika kita mulai lelah dan meninggalkan tanggung jawab yang kita miliki mintalah hikmat dan penyertaan Tuhan. Tuhan pasti akan memampukan dan menguatkan kita. Ketika kita mulai lalai, Tuhan pasti akan menegur kita dengan caraNya sebab Dia ingin kita menyelesaikannya sampai akhir.
Ingatlah bahwa kita semua memiliki sebuah tanggung jawab yang berbeda-beda yang harus kita selesaikan.Mintalah hikmat dan bimbingan Tuhan agar kita dimampukan untuk menyelesaikan tanggung jawab itu dengan baik. Tuhan Yesus memberkati.
Elia A
Renungan 1
Be the True Light
Bacaan: Yohanes 1:1-18
“ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.”
Yohanes 1:7-9
Jadilah terang yang sesungguhnya. Apa yang ada di benak kita ketika mendengar sepenggal kalimat tersebut? Apakah sebuah matahari yang bersinar dengan terang pada siang hari, sebuah lampu dalam ruangan yang sedang dinyalakan atau sebuah lilin yang dinyalan ketika sedang gelap? Mari kita lihat ilustrasi berikut ini. Ketika kita menyalakan sebuah lilin dalam keadaan terang, apakah lilin itu memiliki manfaat bagi kita?
Tentu saja tidak, karena ada cahaya yang jauh lebih terang dibandingkan dengan nyala lilin yang kita nyalakan. Beda halnya ketika kita menyalakan sebuah lilin di tempat yang gelap. Ketika di tempat gelap, lilin itu tentu memiliki manfaat bagi kita yaitu untuk menerangi kita di tengah kegelapan. Lalu apakah hubungan ilustrasi tersebut dengan kita? Pada saat ini kita orang yang percaya kepadaNya seumpama sebuh lilin yang berada di tengah kegelapan yang harus menyinari sekitar kita dan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang berada di dalam kegelapan tersebut. Dalam Efesus 5:8-10 dikatakan demikian “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.” Karena kita merupakan anak-anak Allah yang pada saat ini hidup di dalamNya maka kita dikatakan sebagai anak-anak terang. Anak-anak terang merupakan anak-anak Allah yang hidup seturut dengan kehendakNya dan dapat menjadi sebuah kesaksian hidup bagi sesama kita. Kita seumpama domba yang berada di tengah kawanan serigala yang harus tetap mengabarkan kabar tentang kebaikan dan keselamatan yang daripadaNya.
Pada saat ini seringkali kita mendengar pemberitaan di media sosial maupun media elektronik tentang orang percaya yang hidup tidak seturut dengan kehendakNya dengan melakukan penipuan bahkan pembunuhan. Bahkan tak banyak juga di sekitar kita para pemuda maupun pemudi yang hidupnya berada dalam kegelapan dan tidak menjadi saksi Kristus. Para pemuda atau pemudi ini rajin melayani Tuhan di dalam Gereja atau sebuah persekutuan, namun hidupnya masih ada dalam kegelapan dengan mabuk-mabukan atau bahkan menggunakan obat terlarang serta pacaran tidak kudus di hadapannya. Apakah ini yang disebut sebagai anak-anak terang? Dalam 1 Yohanes 1:6 juga dikatakan seperti ini ”Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.” Ketika ada yang bertanya kepada kita seperti ini, kamu anak Allah, orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, apakah kamu adalah anak terang? Jika kita berkata “Iya saya adalah anak terang” namun kita sendiri tidak melihat bagaimana cara hidup kita yang masih belum benar di hadapanNya sama saja kita telah berdusta kepadaNya. Kita sudah dikatakan sebagai anak terang jika memang hidup kita sendiri sudah hidup menurut kehendakNya dengan tidak melakukan perbuatan yang tidak benar.
Hidup sebagai anak terang
Saat kita mengahadiri ibadah pasti seringkali kita mendengar khotbah mengenai “Jadilah terang dan garam dunia.” Seringkali ketika kita mendengar khotbah rasanya mudah sekali untuk menjadi terang, namun dalam prakteknya menjadi terang itu sangatlah sulit. Lalu bagaimana caranya agar kita hidup sebagai anak terang? Berikut akan dijelaskan cara hidup anak-anak terang.
1. Mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat
Hal pertama yang harus dilakukan sebagai anak terang yaitu dengan mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat terlebih dahulu. Ketika kita sudah mengenalnya, kita pasti akan segan untuk melakukan apa yang tidak dikehendakinya. Agar kita bisa mengenalnya yaitu dengan membentuk hubungan yang baik denganNya. Setiap hari kita bisa saat teduh dan membaca Firmannya. Firman Tuhan merupakan pedoman hidup bagi orang percaya. Semakin sering kita membaca Firmnannya, kita akan semakin tahu apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Mana yang baik dan mana yang tidak baik bagi kita.
2. Hidup seturut dengan kehendak Allah
Hidup seturut dengan kehendak Allah merupakan ciri hidup anak-anak terang. Dengan hidup seturut dengan kehendaknya berarti kita sudah tidak hidup di dalam kegelapan lagi. Kita tidak malu untuk menegur orang yang melakukan kesalahan, kita mau mengasihi dan mengampuni orang yang telah menyakiti hati kita bahkan kita tidak akan merendahkan orang lain.
3. Menjadi saksi yang hidup di tengah-tengah sesama
Menjadi saksi yang hidup di tengah-tengah sesama berarti kehidupan kita dan setiap tingkah laku kita seharusnya menjadi berkat. Ketika orang lain melihat tingkah laku kita yang baik, pastinya orang lain akan melihat hidup kita seperti terang yang berada di tengah kegelapan. Bahkan ketika melihat kehidupan kita, orang lain akan berubah menjadi lebih baik.
Menjadi terang di tengah kegelapan memang sulit, namun lebih sulit lagi jika kita hidup di dalam kegelapan dan tidak menjadi berkat bagi orang lain. Jika kita memang belum menjadi terang, marilah kita tinggalkan kegelapan itu dan mulai hidup seturut dengan kehendakNya. Ketika kita mulai hidup dalam terang pasti banyak godaan dan mungkin banyak teman-teman kita yang tidak suka bahkan menjauhkan dirinya dari kita. Namun, itu lebih baik bukan daripada kita harus kehilangan kasihNya dan terus menerus hidup dalam kegelapan. Ibrani 10:32-33 berkata demikian “Ingatlah akan masa lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat, baik waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian.” Jika kita sudah hidup di dalam terang, seringkalai banyak ujian yang harus kita lalui. Namun, kita harus tetap menjadi saksi bagiNya dan terus menjadi terang di tengah sesama kita melalui cara hidup dan tingkah laku kita. Kita harus menjadi terang yang sejati yang mampu menyinari langkah hidup orang-orang yang belum percaya dan mengenalNya. Janganlah takut untuk hidup di dalam terang, namun takutlah jika kita harus hidup di dalam gelap. Sebab, hidup di dalam gelap akan membuat kita tidak beroleh kasih dan kemuliaanNya. Tuhan Yesus memberkati.
Renungan 2
Give and Take
Bacaan: Kisah Para Rasul 20:28-36
“Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih bahagia memberi dari pada menerima.”
Kisah Para Rasul 20:35
Jika pada saat ini kita diberi dua pertanyaan seperti ini, mana yang lebih kamu pilih “memberi” atau “menerima”? Pasti banyak diantara kita yang berkata bahwa kita lebih senang memberi daripada menerima. Namun dalam kenyataannya, kita justru lebih sulit memberi daripada menerima. Ketika kita mau memberi terkadang rasanya sulit. Banyak alasan yang justru terkesan dibuat-buat jika harus memberi. Menerima sesuatu dari orang lain memang menggembirakan hati kita, namun ketika bisa memberi kepada orang yang membutuhkan rasa bahagia yang kita rasakan dalam hati kita justru akan berlipat ganda. Tuhan saja bilang kepada kita bahwa lebih bahagia memberi daripada menerima, lantas mengapa kita masih sulit untuk memberi?
Masih ingatkan kita bencana alam yang baru terjadi beberapa waktu ini. Bencana alam yang mengejutkan kita semua dan mungkin masih teringat di benak kita. Ya, bencana tsunami yang menimpa Palu, Donggala dan sekitarnya. Puluhan ribu manusia dinyatakan meninggal dunia. Banyak orang yang harus kehilangan keluarga, tempat tinggal serta mata pencaharian. Namun apa yang kita lakukan ketika kita mendengar berita tersebut? Sudahkah kita memberi berkat kepada mereka yang terkena bencana alam tersebut? Saat saya membuka sosial media tentang postingan bencana alam ini, banyak sekali komentar masyarakat mulai dari dukungan bahkan kata-kata yang tidak pantas. Beberapa netizen mengkritik jika masyarakat yang terkena musibah ini tidak berperilaku baik karena mencuri. Apakah kalian tahu mengapa mereka melakukan itu? Mereka melakukan itu untuk bertahan hidup demi sesuap nasi maupun seteguk air. Bantuan tidak dapat mereka terima karena akses jalan terputus. Mereka kedinginan, kelaparan dan kehausan. Mereka ketakutan dan terus dilanda kesedihan karena mereka juga harus kehilangan orang-orang yang mereka kasihi. Apakah kita sudah memberikan bantuan kepada mereka walaupun sedikit?
Terkadang manusia dapat lupa akan dirinya dan keberadaannya. Terkadang manusia lupa bahwa segala apa yang mereka miliki adalah pemberian Tuhan yang ketika kita meninggalkan dunia ini kita tidak akan membawa apa-apa. Yang kita bawa hanyalah pertanggung jawaban dari apa yang kita lakukan semaa hidup kita yaitu berupa perbuatan baik maupun perbuatan jahat. Jika kita masih sulit untuk memberi, ingatlah bahwa apa yang kita miliki merupakan milik Tuhan. Tuhan saja mau memberikan berkat kepada kita, masa kita yang sudah menerima berkatnya tidak mau ikut memberikan berkat kepada sesama yang memerlukan bantuan? Ketika kita ingin memberi, mulailah dari hal kecil. Seperti menolong teman kita yang memerlukan bantuan atau memberikan sedikit berkat kita kepada penegemis. Janganlah juga kita memberikan apa yang kita miliki kepada Tuhan dengan setengah hati dan dengan rasa paksaan. Sebab Tuhan tidak akan mau menerima apa yang kita berikan kepadaNya.
Memberi dan menerima adalah dua perbuatan yang berbeda. Ketika kita menerima pemberian orang lain rasa bahagia akan muncul dalam hati kita, namun hal yang lebih membahagiakan lagi adalah bisa memberi kepada sesama yang memerlukan bantuan dengan hati yang tulus dan ikhlas. Ketika kita mau memberi berarti kita telah menyadari bahwa apa yang kita miliki adalah milik Allah. Selain itu kita juga menyadari bahwa segala apa yang kita punya adalah pemberian dariNya bagi kita anak-anakNya. Oleh sebab itu, marilah kita mulai memberi jangan teru mau menerima bantuan saja. Ingatlah Tuhan akan selalu memberikan berkat bagi kita yang tidak ternilai harganya. Tuhan Yesus memberkati.
Renungan 3
Sebuah Tanggung Jawab
Bacaan: Yunus 1:1-17
“Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku.” Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN. Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur.”
Yunus 1:1-4
Setiap orang pasti memiliki tanggung jawab. Baik anak-anak maupun orang dewasa pasti memiliki dan bahkan diberikan tanggung jawab. Semakin kita dewasa, tanggung jawab yang kita miliki akan semakin besar dan lebih sulit dibandingkan anak kecil. Mungkin tanggung jawab seorang anak adalah belajar dengan sebaik-baiknya agar mendapatkan nilai yang baik. Namun ketika dewasa tanggung jawab itu menjadi lebih besar bisa berupa tanggung jawab dalam pekerjaan maupun tanggung jawab dalam keluarga. Apakah kita sudah mengerjakan tanggung jawab yang kita miliki dengan baik?
Sejak kita kecil kecil mungkin kita sering mendengar cerita Yunus. Yunus adalah orang yang dipilih Tuhan untuk mewartakan kabar keselamatanNya kepada Niniwe.Namun, Yunus mencoba lari dari tanggung jawab itu. Ia malah pergi dan bersembunyi ke Tarsis. Apakah Tuhan berkenan dengan sikap Yunus? Tentu saja tidak. Tuhan menegur Yunus dengan mendatangkan angin ribut dan sampai akhirnya Yunus berada di dalam perut ikan 3 hari 3 malam lamanya.
Mungkin diatara kita pernah mengalami hal yang sama seperti Yunus. Ketika kita memiliki tanggung jawab atau dipercayakan sebuah tanggung jawab, kita terkadang berusaha lari dari tanggung jawab itu dan menyuruh orang lain untuk menyelesaikannya. Perlu diingat, setiap orang memiliki tanggung jawabnya masing-masing dan itu harus diselesaikan hingga akhir. Ketika kita memiliki sebuah tanggung jawab dan ketika merasa tanggung jawab yang kita kerjakan itu sulit, mintalah bimbingan dan hikmat Tuhan agar kita bisa menyelesaikan tanggung jawab itu dengan baik sebab apapun yang kita lakukan di dalam namaNya tidak ada yang tidak mungkin.
Ketika kita memiliki sebuah tanggung jawab atau komitmen baik dalam sekolah, perkuliahan, pekerjaan maupun pelayanan, selesaikanlah tanggung jawab itu. Janganlah seperti Yunus yang mencoba lari dari tanggung jawab yang diberikan. Kita memang sebagai manusia seringkali berpikir bahwa tanggung jawab yang kita miliki terlalu berat dan kita tidak sanggung untuk menyelesaikannya. Terkadang kita menyesal mengapa kita harus mengambil tanggung jawab itu. Ketika kita memiliki tanggung jawab dalam pelayanan, terkadang kita lalai dan menomorduakan pelayanan yang seharusnya kita lakukan. Apakah Tuhan senang jika kita bersikap seperti itu? Tentu saja Tuhan tidak senang. Semua tanggung jawab itu sama tidak ada yang lebih besar dan tidak ada yang lebih kecil. Ketika kita mulai lelah dan meninggalkan tanggung jawab yang kita miliki mintalah hikmat dan penyertaan Tuhan. Tuhan pasti akan memampukan dan menguatkan kita. Ketika kita mulai lalai, Tuhan pasti akan menegur kita dengan caraNya sebab Dia ingin kita menyelesaikannya sampai akhir.
Ingatlah bahwa kita semua memiliki sebuah tanggung jawab yang berbeda-beda yang harus kita selesaikan.Mintalah hikmat dan bimbingan Tuhan agar kita dimampukan untuk menyelesaikan tanggung jawab itu dengan baik. Tuhan Yesus memberkati.
Elia A
Belum ada Komentar untuk "3 Renungan Harian yang Penuh makna Saat Teduh 2019"
Posting Komentar