101 Ayat Alkitab Tentang Kematian Dan Pengharapan
AYAT ALKITAB TENTANG KEMATIAN
Kematian
Bacaan: 2 Korintus 5:1-10
“Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.”
2 Korintus 5:1
Setiap manusia pasti kelak akan mengalami kematian karena tidak ada satupun manusia yang dapat hidup kekal di bumi. Ketika manusia kembali ke rumah Bapa di sorga, ia akan meninggalkan semua yang ia miliki di dunia. Harta bahkan jabatan tidak dapat menghentikan kematian yang telah menunggu kita. Waktu Tuhan seperti pencuri sehingga kita harus berjaga-jaga agar kelak kita bisa tinggal bersama di rumah Bapa di kehidupan yang kekal. Dalam Wahyu 3:3 jelas disebutkan demikian “Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.”
Waktu kematian kita tidak ada yang mengetahuinya. Tuhan akan menjemput kita seperti pencuri.Bisa saja Tuhan menjemput kita hari ini atau bahkan besok. Sudah ditetapkan bahwa setiap orang pasti akan mengalami kematian.
Namun, seringkali manusia tidak sadar akan kematian yang akan menantinya kelak. Seringkali manusia tidak menghargai hidup yang dimiliki pada saat ini. Masih banyak diantara kita yang berpikir bahwa akan bertobat jika sudah usia lanjut.
Yakinkah kita bahwa kita akan hidup sampai usia lanjut? Hidup adalah kesempatan yang Tuhan berikan bagi kita untuk mendekatkan diri kita kepadaNya dan mengetahui apa maksud dan tujuan Tuhan dalam hidup kita. Ketika seseorang divonis dokter jika hidupnya akan bertahan selama 30 hari lagi apa yang aan dilakukan oleh orang tersebut?
Pastinya orang tersebut akan bertobat dan menjalani sisa hidupnya sebaik mungkin.
Apakah kita perlu sepeti itu terlebih dahulu agar kita bisa menjalani dan menikmati kehidupan yang Tuhan berikan?
Kematian merupakan akibat dari dosa. Dalam Roma 6:23a telah disebutkan demikian “Sebab upah dosa ialah maut;”. Karena semua manusia berbuat dosa, berarti manusia akan mengalami kematian Ada dua jenis kematian yang perlu kita ketahui. Kematian pertama yaitu kematian fisik dan kematian yang kedua yaitu kematian rohani.
1. Kematian Fisik
Kematian fisik merupakan pemisahan jiwa dari tubuh. “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” Roma 5:12. Setiap kita pasti akan mengalami kematian fisik kelak. Kematian ini diakibatkan oleh dosa manusia. Ketika manusia pertama yaitu Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka kehilangan kasih dari Allah. Mereka diusir dari taman Eden dan akhirnya mereka mengalami kematian secara fisik. Di atas kayu salib, Tuhan Yesus-pun mengalami kematian secara fisik.Namun yang menbedakannya dengan Adam dan Hawa yaitu Yesus mengalami kematian bukan karena dosa melainkan untuk menebus orang yang berdosa. Namun kemudian Yesus menunjukkan kuasaNya atas maut dan dosa dengan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Kita semua pastinya juga akan mengalami kematian fisik kelak. Kematian akan datang di waktu yang tidak kita ketahui. Oleh sebab itu, bertobatlah dan percayalah bahwa kita akan bersama di rumah Bapa di sorga kelak. Yesus telah mati di kayu salib untuk menyelamatkan kita agar kita tidak jatuh ke dalam maut.
2. Kematian Rohani
Kematian rohani merupakan pemisahan jiwa dari Allah. Kematian rohani timbul akibat dilakukannya sebuah dosa. Kematia ini menyebabkan hubungan kita dengan Allah menjadi jauh. Setelah Adam dan Hawa melakukan dosa, hal yang mereka dapatkan yaitu kematian rohani. Kematian rohani menyebabkan mereka bersembunyi dari Allah setelah mereka jatuh ke dalam dosa. “Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.” Kejadian 3:8. Ketika seseorang sudah mengalami kematian rohani, hubungannya menjadi jauh dengan Tuhan. Ia tidak akan merasakan kasih Tuhan dalam hidupnya. Kematian rohani juga menyebabkan hilangnya kemuliaan Allah. Orang yang mengalami kematian rohani akan meninggalkan Allah dan tidak percaya lagi kepadaNya.
Bagi kebanyakan orang, kematian merupakan suatu hal menakutkan yang jika bisa lebih baik dihindari. Namun bagi kita orang yang percaya kepadaNya, kematian justru akan membawa hidup kekal bersama Bapa di sorga. Dalam Ibrani 9:27-28 disebutkan demikian ”Dan sama seperti manusia ditetapkan untu mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.” Manusia pasti akan mengalami sekali saja kematian. Namun, bagi mereka yang telah menerima anugerah keselamatan, justru kematian akan membawanya kepada hadirat Yesus dan menerima apa yang telah diperbuatnya semasa hidupnya. Ini tertulis dalam 2 Korintus 5:10 “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”
Di dalam Alkitab, kita akan mengetahui tentang keberadaan manusia bahkan mengenai kematian yang menantinya serta apa yang akan terjadi setelah kematian.
Adapun hal-hal yang akan kita ketahui yaitu:
1. Darimana manusia terbentuk
Tuhan membentuk manusia dari debu dan tanah lalu menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya sehingga manusia dapat hidup seperti saat ini (Kejadian 2:7).Tuhan membentuk manusia dari debu dan tanah karena Tuhan ingin membentuk kita seturut kehendakNya dan menyadarkan kita bahwa kita adalah makhluk yang lemah yang tidak bisa hidup tanpa penyertaan Tuhan.
2. Kemana manusia setelah mati
Setelah manusia mati, tubuhnya akan kembali menjadi debu dan tanah kembali sedangkan rohnya akan kembali kepada Allah. Ini jelas tertulis dalam Pengkhotbah 12:7 ”dan debu akan kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.”
3. Akan ada penghakiman dari Allah pada akhir zaman
Pada akhir zaman, manusia akan dihakimi menurut apa yang telah diperbuatnya. Entah baik atau jahat semua akan dituliskan dan dihakimi oleh Yang Maha Kuasa (Pengkhotbah 12:14).. Orang yang telah mati akan dibangkitkan kembali. Akan ada yang memperoleh kehidupan kekal bersama Bapa dan ada pula yang tidak akan mendapatkan kasih Bapa di sorga kelak (Daniel 12:2). Semua itu akan kembali lagi kepada kita. Oleh sebab itu haruslah kita mensyukuri dan bertindak baik semasa hidup kita agar kita memperoleh hidup yang kekal di sorga kelak.
Kita semua pasti akan mengalami kematian. Kita tidak dapat menolak kematian yang menanti kita. Waktu Tuhan seperti pencuri. Oleh sebab itu, kita harus berjaga-jaga senantiasa dalam hidup ini. Janganlah kita bertobat jika dirasa harus bertobat. Bertobatlah mulai hari ini sebab tidak ada yang tahu kapan Tuhan akan menjemput kita. Sebagai orang percaya, kita tidak boleh takut akan kematian karena kita pasti akan hidup bersama Bapa di sorga kelak. Tuhan Yesus memberkati.
AYAT ALKITAB TENTANG PENGHARAPAN
Kaulah Sumber Pengharapanku
Bacaan: Roma 8:18-25
“Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!”
Mazmur 42:5
Setiap kita pasti memiliki harapan. Harapan yang dimiliki setiap orang berbeda-beda tergantung dari keperluannya. Mengapa berbeda tergantung keperluannya?
Ini dikarenakan orang yang berharap pasti ada sesuatu yang dibutuhkan atau sesuatu yang hendah dicapai. Misalnya seseorang yang sakit memiliki harapan untuk disembuhkan, seseorang yang sedang mencari pekerjaan berharap segera menemukan perkerjaan atau bisa juga seorang siswa yang belajar dengan sugguh-sungguh berharap ia bisa mengerjakan soal ujian sehingga nilai yang diperolehnya bagus.
Baik anak muda hingga orang dewasa pasti memiliki harapan. Semakin dewasa, harapan seseorang akan sesuatu hal semakin besar. Tanpa harapan seseorang pasti merasa hidupnya monoton tanpa ada tujuan yang harus diperjuangkan. Harapan orang pun ada yang baik dan ada yang tidak baik. Ketika kita berharap seseorang mengalami musibah karena kita tidak suka kepadanya bukankah itu merupakan sebuah harapan yang tidak baik?
Perlu diingat, harapan yang baik adalah harapan yang tidak menjatuhkan orang lain. Efesus 1:18 berkata demikian “Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya; betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus,”
Allah menghendaki kita agar kita berpegang teguh kepada pengharapan. Ketiaka kita merasa suatu pengharapan itu sia-sia dan tidak mungkin terjadi, Ia mengehendaki kita agar tetap percaya kepadaNya dan menjadikan pengharapan yang kita harapkan itu menjadi sesuatu yang pasti. Dengan kita berharap padaNya kita akan dapat menghadapi dan melewati setiap permasalahn hidup dengan iman dan kesabaran untuk mendapatkan bagian yang dijanjikan olehNya. “Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus,”
Yang perlu kita ketahui adalah pengharapan membutuhkan ketekunan.
Ketekunan seperti apa yang diperlukan?
Kita lihat kisah Abraham dan Sara. Abraham dan Sara merupakan pasangan suami istri yang menantikan hadirnya seorang anak di tengah-tengah kehidupan mereka. Pada usia Abraham tujuh puluh lima tahun, Tuhan berjanji padanya bahwa ia akan memiliki keturunan. “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan akan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engaku, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” Kejadian 12:1-3.
Namun setelah Tuhan berjanji demikian, Abraham harus menunggu agar janji Tuhan itu tergenapi. Abraham harus menunggu selama dua puluh lima tahun hingga akhirnya ia bisa memiliki Ishak. Apakah selama Abraham menunggu janji Tuhan tergenapi pengharapan Abraham menjadi hilang? Tentu saja tidak. Ia tetap berdoa, berharap bahkan mengucp syukur kepada Allah. Kita juga harus seperti Abraham. Meskipun apa yang kita harapkan belum Tuhan wujudkan saat ini janganlah kita malah kehilangan pengharapan kita. Yang membuat kita tetap bisa berharap adalah Iman. Dalam Ibrani 11:1 dikatakan demikian “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Dengan memiliki iman, kita akan tetap mampu berharap kepadaNya meskipun kita perlu menunggu waktu yang lama.
Seringkali kita sebagai manusia selalu kehilangan pengharapan dan kendali atas diri kita. Ketika Tuhan belum menjawab doa yang menjadi harapan kita, kita malah kecewa bahkan menyalahkanNya. Tak sedikit dari kita justru malah mengandalkan kekuatan kita bahkan orang lain ketika Tuhan belum memberikan jawaban atas doa kita. Kita malah ada dalam suatu fase tidak percaya akan kuasa Allah. Kita terus bertanya dimana janji Tuhan dan dimana Tuhan. Kita terus bertanya mengapa apa yang kita ingini belum terwujud. Manusia memang terkadang egois. Ia terus menuntut dan mengatur Tuhan apa yang harus Tuhan perbuat dalam kehidupannya. Bukankah seharusnya Tuhanlah yang mengatur hidup kita? Ketika apa yang terjadi dalam kehidupan kita tidak sesuai dengan harapan dan keinginan kita apa yang kita lakukan? Kita juga marah kepada Tuhan. Setiap apa yang terjadi dalam kehidupan kita tidaklah selalu baik. Ada kalanya kehidupan yang kita jalani terasa berat dan kita tidak menemukan jalan keluarnya. Tuhan mengijinkan semua itu terjadi karena Tuhan ingin mendidik kita dan Tuhan ingin kita berharap padaNya.
Saya pernah mendengar sebuah kesaksian dari seorang pendeta ketika berkhotbah. Pendeta itu bersaksi jika dulu ia merupakan seorang yang tidak percaya akan Tuhan. Ia tidak percaya akan kuasa Tuhan Yesus. Namun, seiring berjalannya waktu, Tuhan memakai kehidupan beliau dengan sangat luar biasa. Sekarang ia memberitakan injil dan terus memiliki pengharapan kepa Tuhan. Ia tidak ingin meninggalkan pengaharapannya begitu saja karena ia percaya bahwa berharap kepada Tuhan adalah sesuatu yang baik dan tidak akan mengecewakan. Berharap berarti menyerahkan seluruhnya kepada Tuhan.
Oleh sebab itu, ketika apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan apa yang kita ingini, kita tidak perlu kecewa bahkan marah kepada Tuhan karena Tuhan tahu apa yang kita perlukan. Kita tentu menharapakan sesuatu yang baik, tapi yang baik itu belum tentu benar di hadapannya. Dalam Mamur 31:24 Tuhan menyuruh kita untuk tetap teguh berharap padaNya “Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap kepada TUHAN!”
Oleh karena itu, letakkanlah segala pengharapan kita kepadaNya. Dalam menjalani kehidupan ini, kita perlu memiliki keyakinan bahwa janji Tuhan pasti akan digenapi dalam hidup kita. Oleh sebab itu, jangalah kita ragu karena Ia pasti akan membuat pengharapan kita menjadi kenyataan. Untuk menanti sebuah pengharapan, kita harus sabar menunggu dan tidak mengeluh. Kita juga harus memiliki iman pengharapan yang teguh kepadaNya. Jangan biarkan iman kita melemah dan justru membuat kita berhenti berharap. Tuhan akan menjawab setiap apa yang kita inginkan tepat pada waktuNya.
Jika Tuhan bilang harapan kita bukanlah yang terbaik untuk kita, kita harus percaya bahwa apa yang Tuhan nyatakan dalam kehidupan kitalah yang terbaik. Jadi, kita harus tetap bersyukur dan bersukacita di dalam Tuha.
Sekalipun kita harus mengahadapi sebuah tantangan, percayalah itu merupakan sebuah proses yang Tuhan berikan untuk kita. Proses untuk mendewasakan diri kita. Selain itu, kita harus tetap bersyukur dan semangat dalam menjalani kehidupan ini. Kita tidak boleh hilang pengharapan karena Tuhan selalu punya rencana yang lebih baik dari apa yang kita pikirkan. Oleh karenanya, setiap keinginan dan pengharapan kita harus bersabar. Untuk memiliki kesabaran dalam pengharapan kepada Tuhan kita Yesus Kristus, kita perlu berdoa karena dengan berdoa kita akan merasa kuat dan tenang. Walu mungkin pada hari ini pengharapan kita belum terwujud, bersabarlah karena suatu saat Tuhan akan menyatakan yang terbaik bagi kita, sebab Ia akan membuat segala sesuatu indah pada waktuNya. Janganlah hilang pengharapanMu di dalam Dia.
Teruslah berharap dan berdoa, karena ketika kita berharap padaNya pasti tidak akan mengecewakan. Tuhan Yesus memberkati.
Elia A.
Belum ada Komentar untuk "101 Ayat Alkitab Tentang Kematian Dan Pengharapan"
Posting Komentar